Sabtu, 12 September 2015

LAPORAN PENETAPAN TEKSTUR TANAH DAN KONSISTENSI DASAR ILMU TANAH

LAPORAN
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
“ PENETAPAN TEKSTUR TANAH DAN KONSISTENSI “







Disusun Oleh  :
Anas Fathullah (14.141.0002)

Dosen Pengampu :
Retno Sulistyowati, SP, MP.
NIDN : 0726047505

Asisten Dosen :
Nanang Wahyudi
Sholehudin
Iid Subaida



AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga saya juga berterima kasih kepada Ibu Retno selaku Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah yang telah memberikan tugas ini kepada saya serta asisten dosen yang telah berpartisipasi membimbing dan membantu saya dalam pelaksanaan praktikum. 
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk lebih memahami lagi tentang Dasar-Dasar Ilmu Tanah program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga Probolinggo. Laporan ini di buat berdasarkan hasil praktikum mingguan dan dari hasil penyusunan data-data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum dan data-data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Dasar-Dasar Ilmu Tanah serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan tema. Saya  menyadari bahwa dalam laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.



Probolinggo, 8 Mei 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi tanah fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah sangat menentukan tingkat pertumbuhan tanaman dan penyerapan air serta mineral. Untuk mengetahui tekstur tanah dari sample yang digunakan dalam praktikum, sehingga praktikum penting dilakukan.
Tekstur tanah berpengaruh terhadap ketersediaan air yang ada di dalam tanah, semakin besar maka akan semakin porus. Semakin akar akan mudah melakukan penetrasi. Untuk mengetahui peranan tekstur tanah bagi ketersediaan air, untuk hara dan pertumbuhan tanaman, maka pentingnya dilakukan pengamatan tekstur tanah ini. Sehingga jika kita bisa memahami dan mengetahui berbagai macam tekstur tanah itu sendiri, sehingga akan menjadi optimal (Praharyanto, 2012).
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Konsistensi tanah basah merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang. Konsistensi lembab merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Batas konsistensi dapat diketahui melalui test laboratorium dimana akan didapat pula variasi berbagai keadaan konsistensi tanah. Oleh karena itu konsistensi tanah harus tepat agar pengelolaan tanah yang dilakukan berjalan baik serta dapat diusahakan secara baik.

1.2.Tujuan
1.      Menentukan tekstur tanah berdasarkan ada tidaknya rasa licin, kasar, lekat tidaknya dan mudah patah atau tidak.
2.      Menentukan ketahan massa tanah terhadap remasan tekanan atau pijitan tangan dalam keadaan basah, lembab dan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur.
            Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
         Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra, 1988).
            Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan.
Sasaran pokok cara kerja dalam penetapan tekstur tanah adalah dengan penentuan agihan ukuran dan jarak penyusun fase padat tanah, yaitu dengan menguji suatu media utuh tanah diantara muka ibu jari dan telunjuk, serta memperhatikan rasa tanah dan sifat yang murni (Purwowidodo, 2006).




2.2.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain:
1.    Bahan induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Dalam pembentukannya terdapat 2 proses yairtu :
a.      Bahan induk terangkut (Prinsip erosi dan pengendapan)
Aliran air dan partikel tanah dan fragmen bahan sedimen. Jika air mengalir cepat, maka membawa partikel besar dan sedimen lebih banyak. Jika aliran menjadi lambat partikel bear diendapkan terlebih dahulu.
b.      Bahan diendapkan air
Adapun bahan yang diendapkan air yaitu berupa endapan aluvial, endapan banjir dan teras, dan delta. Endapan aluvial terbentuk akibat aliran air terhenti sehingga sedimen terjadi cepat. Endapan ini kebanyakan terjadi di daerah pegunungan. Endapan banjir dan teras yaitu teras mencerminkan sisa dataran tinggi yang lebih tua, aliran sungai telah memotong menjadi dataran banjir. Delta yaitu terbentuk jika sedimen halus yang dibawa oleh sungai diendapkan (Hanafiah 2005).
2.    Waktu
Waktu adalah faktor dalam yang menentukan interaksi semua faktor di atas ketika mengembangkan tanah. Seiring dengan waktu, tanah berevolusi fitur tergantung pada faktor-faktor pembentukan lain dan pembentukan tanah (Anonim1, 2012).
3.    Topografi (relief)
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Topografi miring mepergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah (Anonim1, 2012).
4.   Organisme
Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil. Akumulasi bahan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme tanah. Disamping itu, unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman/vegetasi  (Harjdowigeno, 1987).
5.   Iklim
Suhu (temperatur) dan curah hujan adalah unsur iklim yang saling mempengaruhi sifat tanah. Perubahan temperatur dapat menyebabkan retaknya bahan (pelapukan). Temperatur juga mempengaruhi jumlah bahan organik yang dihasilkan, produksi bahan organik meningkat dengan meningkatnya temperatur asalkan cukupnya hujan untuk pertumbuhan tanaman. Meningkatnya temperatur juga meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik. Curah hujan mempengaruhi pelapukan dari jumlah serta dekomposisi bahan organik. Jika curah hujan meningkat, maka kecepatan erosi dan produksi bahan-bahan organik juga meningkat asalkan temperatur cukup tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Jika curah hujan cukup untuk menggenangi lahan, dekomposisi bahan organik akan terhambat karena kurangnya oksidasi (Subagyo, 1989).

2.2.  Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah. Tanah­-tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab, dan kering, maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-miritkan atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka atterberg (Nurhidayati, 2006).
Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu : basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu pentingnya mengetahui konsistensi. Tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara atau konsistensi tanah untuk mengetahui tanah tersebut layak apa tidak untuk dikelola sebagai lahan pertanian (Harjdowigeno, 2009).
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sangat basah atau jenuh air (Yuswar, 2006).
Terdapat beberapa batas konsistensi diantaranya batas cair (BC) yang merupakan kandungan lengas tanah pada soot tanah dapat mengalir tanpa tekanan dibawah standar getaran. Batas lekat (BL) adalah kandungan lengas pada saat tanah masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai melekat pada logam. Batas gulung (BG) adalah kandungan lengas pada mat keliatan mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki dan batas berubah warna (BBW) adalah kandungan lengas tanah pada saat pasta mulai kering karena masih ada air kapiler (Susanto, 2005).
Tanah yang tidak melekat pada tanah menunjukkan dalam kondisi basah, tanah hanya mengandung oksigen dan udara lain padahal udara juga merupakan factor penting pertumbuhan tanaman (Bouma, 2006).
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tank menarik antar partikel) dan adhesi (tank menarik antara partikel dengan air) dengan berbagai kelembaban tanah (Elfarisna, 2011).



.


BAB III
METODE PRAKTIKUM


3.1.  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 30 April 2015 pukul 14.00 WIB, di Laboratorium Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga Probolinggo.

3.2.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum adalah Contoh tanah biasa, Lempeng Kaca, Botol penyemprot.

3.2. Cara Kerja
A.    Penetapan Tekstur Tanah
1.    Siapkan contoh tanah dalam keadaan kering udara yang sudah dihaluskan lebih dari 100 gram dan air dalam botol penyemprot.
2.    Ambil contoh tanah kira-kira satu sendok makan, letakkan di telapak tangan.
3.    Teteskan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk da digosok dengan telunjuk tangan yang lain.
4.    Rasakan apakah licin, halus atau kasar (rasa licin dan halus adalah partikel lait dan debu, sedangkan rasa kasar adalah partikel pasir)
5.    Taksirlah berapa banyak pasir yang ada dengan merasakan tingkat kekasarannya.
6.    Tambahakan air jangan sampai terlalu basah, kemudian pijit-pijitlah sedikit tanah diantara ibu jari  dan telunjuk. (rasakan kelekatannya, apakah ibu jari dan telunjuk lekat atau mudah lepas)
7.    Tambahkan air sedikit lagi sampai tanah itu bisa digulung, buatlah gulungan dengan diameter sekitar  cm dan panjangnya sekitar 5 cm. (apakah tanah bisa digulung atau tidak dan bila dibengkokkan patah atau tidak).
B.     Penetapan Konsistensi Tanah
1.      Dalam Keadaan Basah, konsistensi tanah dibagi 2 :
a.       Kelekatan (stickness) yang menunjukkan derajat adhesi tanah yang ditentukan dengan memijit tanah anatara ibu jari dengan telunjuk. Melihat daya lekatnya, dibagi menjadi :
1.      Tidak melekat, apabila tidak ada tanah yang tertinggal pada ibu jari dan telunjuk.
2.      Agak melekat, apabila kedua jari dilepaskan, sebagian tanah tertinggal pada salah satu jari.
3.      Lekat, apabila kedua jari direnggangkan, tanah tertinggal pada kedua jari.
4.      Sangat lekat, apabila kedua jari direnggangkan, tanah tanah melekat sekali sehingga sulit dilepaskan.
b.      Plastisitas (Plasticity) : Menunjukkan derajat kohesi tanah, berubah bentuk tanpa retak bila dipirit antar ibu jari dan telunjuk. Ditentukan dengan memirit, menggelintir atau menekan massa tanah untuk merubah bentuknya. Melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran dan mudah tidaknya berubah bentuk. Dapat dibagi :
1.      Tidak plastis, tidak dapat dibentuk gelintiran tanah. Massa tanah mudah berubah bentuk.
2.      Agak plastis, terbentuk gelintiran tanah. Massa tanah mudah berubah bentuk.
3.      Sangat plastis, dapat terbentuk gelintiran tanah. Massa tanah tahan terhadap tekanan.






2.      Dalam Keadaan Lembab (KA tanah berada diantara keadaan kering (titik layu), penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan meremas massa tanah pada telapak tangan. Dengan mengetahui ketahanan massa tanah terhadap remasan, dibagi menjadi :
1.      Lepas : butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya. Tidak terikat dan melekat bila ditekan.
2.      Sangat gembur : dengan sedikit tekanan, mudah bercerai, digenggam mudah menggumpal, melekat bila ditekan.
3.      Gembur : bila diremas dapat bercerai, bila digenggam massa tanah menggumpal, melekat bila ditekan.
4.      Teguh : massa tanah tahan terhadap remasan, hancur dengan tekanan besar.
5.      Sangat teguh : massa tanah tahan terhadap remasan, tidak mudah berubah bentuk.

3.      Dalam Keadaan Kering (KA kurang dari titik layu permanen). Konsistensi tanah ditentukan dengan cara meremas/menekan massa tanah pada telapak tangan. Dengan melihat daya tahan tanah terhadap dan tekanan telapak tangan konsistensi tanah dapat dibagi menjadi :
1.      Lepas : butir-butir tanah terlepas satu dengan yang lainnya. Tidak terikat
2.      Lunak : dengan sedikit tekanan  antara jari tangan, tanah mudah tercerai menjadi butir kecil.
3.      Agak keras : agak tahan terhadap tekanan, massa tanah rapuh.
4.      Keras : tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan dengan tangan (tidak dengan jari)
5.      Sangat keras : tahan terhadap tekanan, massa sukar dipatahkan dengan tangan.
6.      Sangat keras sekali : sangat tahan terhadap tekanan. Massa tanah tidak dapat dipecahkan dengan tangan.

BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1.  Hasil Praktikum
Adapun hasil praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel tekstur tanah
No
Lokasi
Tekstur
Kekasaran
Kelekatan
Gulungan
Kepatahan
1
Kedung Galeng
Kasar
Lekat 1 jari
Sulit 
Patah
2
Kareng Lor
Halus
Lekat 2 jari
Mudah
Tidak
3
Sumber Poh
Kasar
Lekat 1 jari
Tidak
Patah
4
Bulu Jaran Kidul
Kasar
Lekat 1 jari
Sulit
Patah
5
Taman Sari
Halus
 Lekat 1 jari
Mudah
 Patah
6
Liprak Kidul
Halus
Mudah lepas
Mudah
Patah
7
Liprak Kidul
Kasar
Lekat 1 jari
Mudah
Patah
8
Maron Kulon
Halus
Lekat 2 jari
Mudah
Patah
9
Dringu
Kasar
Lekat 1 jari
Sulit
Patah
10
Wonomerto
Kasar
Lekat 1 jari
Mudah
Patah
11
Sumber Bulu
Kasar
Lekat 1 jari
Mudah
Patah
12
Sumber Agung
Kasar
Lekat 1 jari
Sulit
Patah
13
Sumber Wetan
Kasar
Lekat 2 jari
Mudah
Patah
14
Pesisir
Kasar
Lekat 1 jari
Mudah
Patah
15
Tanjung Rejo
Halus
Lekat 2 jari
Mudah
Tidak
16
Sumber Poh
Halus
 Lekat 1 jari
Mudah
 Patah
17
Kalirejo
Kasar
Lekat 1 jari
Sulit
Patah
18
Glagah
Halus
 Lekat 1 jari
Mudah
 Patah
19
Mranggon
Halus
 Lekat 1 jari
Mudah
 Patah
20
Bentar
Kasar
Lekat 1 jari
Sulit
Patah
No
Lokasi
Tekstur
Kekasaran
Kelekatan
Gulungan
Kepatahan
21
Bentar
Kasar
Lekat 2 jari
Mudah
Patah
22
Bentar
Kasar
Lekat 1 jari
Mudah
Patah
23
Bentar
Kasar
Lekat 2 jari
Mudah
Patah
24
Bentar
Kasar
Lekat 2 jari
Mudah
Patah


Tabel Konsistensi Tanah

No
Contoh Tanah
Konsistensi Tanah
Kering
Lembab
Basah
1
Kedung Galeng
Sangat keras
agak teguh
Melekat
dan
Agak plastis
2
Tanjung Rejo
Agak keras
Sangat gembur
Sangat melekat
dan
Sangat plastis
3
Sumber Wetan
Sangat keras
Teguh
Melekat
dan
Agak plastis
4
Klenang Kidul Maron
Keras
Teguh
Sangat lekat
dan
Sagat plastis
5
Glagah
Sangat keras
Teguh
Agak lekat

6
Liprak Kidul
Agak keras
Sangat Gembur
Sangat lekat
dan
Sangat plastis
7
Taman sari
Agak keras
Gembur
Agak melekat
Dan
Agak plastis
8
Mranggon
Agak keras
Gembur
Melekat
Dan
Agak plastis
9
Bulu Jaran
Agak keras
Gembur
Melekat
dan
Tidak plastis
No
Contoh Tanah
Konsistensi Tanah
Kering
Lembab
Basah
10
Bentar
Keras
Teguh
Agak melekat
dan
Agak plastis
11
Bentar
Keras
Teguh
Agak melekat
dan
Agak plastis
12
Bentar
Keras
Teguh
Agak melekat
dan
Agak plastis
13
Bentar
Keras
Teguh
Agak melekat
dan
Agak plastis
14
Bentar
Keras
Teguh
Agak melekat
dan
Agak plastis
15
Liprak Kidul
Lepas
Gembur
Agak lekat
dan
Sangat plastis
16
Dringu
Keras
Gembur
Agak lekat
dan
Plastis
17
Maron Kulon
Agak keras
Lepas
Lekat
dan
Tidak plastis
18
Wonomerto
Sangat keras
Teguh
Agak lekat
dan
Sangat plastis
19
Sumber Bulu
Sangat keras
Teguh
Agak lekat
dan
Sangat plastis
20
Sumber Poh
Keras
Agak teguh
Lekat
dan
Sangat plastis
21
Kali Jejo
Sangat keras
Teguh
Sangat lekat
Dan
Sangat plastis





4.2. Pembahasan
Pada prakitkum ini penetapan tekstur tanah dilakukan metode pijit  dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk).
Metode ini dimulai dengan masa tanah kering atau lembab dibasahi secukupnya kemudian dipijat diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk bola lembab. Hal yang dirasakan adalah kasar atau licin. Kemudian ditentukan tekstur berdasarkan tabel. dengan memijit tanah yang dibasahi secukupnya diantara jari-jari dan merasakan tanah yang diamati itu licin, halus atau kasar. Rasa licin dan halus adalah parikel liat dan debu, rasa kasar adalah partikel pasir. Memijit sedikit tanah yang diamati antara ibu jari dan telunjuk, dan merasakan kelekatan tanah tersebut lekat atau mudah lepas. Rasa lekat menunjukkan adanya partikel liat, semakin lekat berarti semakin banyak partikel liatnya. Mengunggulung tanah yang sudah dibasahi sedikit air, apakah tanah itu bisa digulung atau tidak dan patah atau tidaknya tanah jika di bengkokkan. Tanah yang tidak bisa digulung menandakan jumlah partikel pasir yang banyak, tanah yang yang bisa digulung menunjukkan partikel liat yang banyak, tanah mudah patah menandakan pengaruh sifat pasir masih cukup besar, tanah yang tidak mudah patah menunjukkan bahwa sifat liat mendominasi dan sifat pasir sangat kecil.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Konsistensi lembab merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-miritkan atau membuat bulatan atau gulungan.
Berdasarkan  metode yang dipraktikan, baik kualitatif dan kuantitatif, data-data yang bersifat valid atau baik adalah berasal dari metode kuantitatif, karena data tersebut (penentuan tekstur) diperoleh dari proses empiris yaitu perhitungan, analisis dalam laboratorium. Sedangkan pada metode kualitatif hanya menggunakan teknik perasaan, sehingga cenderung sama sekali tidak tepat dalam penentuan tekstur tanah itu sendiri ditambahkan lagi kita harus mengetahui karakteristik berupa rata dan sifat tanah itu sendiri sehingga tidak efektif jika analisis data dari teknik kualitatif.
BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
 Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi tanah fraksi pasir, debu dan liat.
penetapan tekstur tanah dilakukan metode pijit  dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk). Metode ini dimulai dengan masa tanah kering atau lembab dibasahi secukupnya kemudian dipijat diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk bola lembab. Hal yang dirasakan adalah kasar atau licin. Kemudian ditentukan tekstur berdasarkan tabel. dengan memijit tanah yang dibasahi secukupnya diantara jari-jari dan merasakan tanah yang diamati itu licin, halus atau kasar.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Konsistensi lembab merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-miritkan atau membuat bulatan atau gulungan.


5.2.  Saran
Pada saat praktikum, apabila tanah mengalami kerekatan maka perlu ditambahkan air, sedangkan apabila tanah tersebut lunak maka perlu ditambahkan tanah yang digunakan pada praktikum.






DAFTAR PUSTAKA

Praharyanto. 2012. Tekstur Tanah. www.praharyanto-zone.blogspot.com/2012/Tekstur_Tanah/ diakses pada tanggal 4 Juni 2015 pukul 19.22 WIB
Purwowidodo. 2006. Ganesa Tanah. Institute Petanian Bogor Press. Bogor.
Hanafiah, Ali Kemas.  2005.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Anonim1.2011.http://widerfuture.wordpress.com/2011/01/14/tekstur-tanah/ diakses pada tanggal 4 Juni 2015 pukul 20.35 WIB
Hardjowigeno. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Kartasapoetra. 1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran. Bandung.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987.  Ilmu Tanah.  Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.
Subagyo. 1989. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta
Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Unisma . Malang.
Sutanto, Rahman. 2005 . Dasar -Dasar Ilmu Tanah. Konisius Yogyakarta
Yunus .Yuswar. 2006. Tanah dan Pengolahan. CV Alfabeta . Bandung.
Bouma .j .2006 .Effect of Soil Struktur Tillage , and aggregation upon soil hydroulick properties . soil science journal 56:1-5.
Elfanisna .2011 .Literatur-Kadar- Air- Tanah. Http //Wahyuaskari.wardpress .com diakses pada tanggal 4 Juni 2015 pukul 19.22 WIB.
Pedoman Praktikum. 2008. Pedoman Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertaian UPM : Probolinggo.



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

1 komentar:

Posting Komentar