PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU
TANAH
“ PENETAPAN TEKSTUR TANAH DAN KONSISTENSI “
Disusun Oleh :
Anas Fathullah (14.141.0002)
Dosen
Pengampu :
Retno Sulistyowati, SP, MP.
NIDN : 0726047505
Asisten
Dosen :
Nanang
Wahyudi
Sholehudin
Iid
Subaida
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini sebatas pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga saya juga berterima kasih kepada Ibu
Retno selaku Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah yang
telah memberikan tugas ini kepada saya serta asisten dosen yang telah
berpartisipasi membimbing dan membantu saya dalam pelaksanaan praktikum.
Adapun tujuan pembuatan
laporan ini adalah untuk lebih memahami lagi tentang Dasar-Dasar Ilmu Tanah
program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga
Probolinggo. Laporan ini di buat berdasarkan hasil praktikum mingguan dan dari hasil penyusunan data-data primer yang diperoleh dari hasil
pengamatan praktikum dan data-data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan Dasar-Dasar Ilmu Tanah serta infomasi
dari media massa yang berhubungan dengan tema. Saya menyadari bahwa dalam laporan praktikum ini masih jauh
dari sempurna terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Semoga
laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang.
Probolinggo, 8 Mei 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menunjukkan
komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi
tanah fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah sangat menentukan tingkat
pertumbuhan tanaman dan penyerapan air serta mineral. Untuk mengetahui tekstur tanah dari
sample yang digunakan dalam praktikum, sehingga praktikum penting dilakukan.
Tekstur tanah berpengaruh terhadap ketersediaan air yang ada di
dalam tanah, semakin besar maka akan semakin porus. Semakin akar akan mudah
melakukan penetrasi. Untuk mengetahui peranan tekstur tanah bagi ketersediaan
air, untuk hara dan pertumbuhan tanaman, maka pentingnya dilakukan pengamatan
tekstur tanah ini. Sehingga jika kita bisa memahami dan mengetahui berbagai
macam tekstur tanah itu sendiri, sehingga akan menjadi optimal (Praharyanto,
2012).
Penetapan konsistensi tanah dapat
dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Konsistensi tanah
basah merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas
kapasitas lapang. Konsistensi lembab merupakan konsistensi tanah pada kondisi
kadar air tanah kering udara. Batas konsistensi dapat diketahui
melalui test laboratorium dimana akan didapat pula variasi berbagai keadaan
konsistensi tanah. Oleh karena itu konsistensi tanah harus tepat agar
pengelolaan tanah yang dilakukan berjalan baik serta dapat diusahakan secara
baik.
1.2.Tujuan
1.
Menentukan
tekstur tanah berdasarkan ada tidaknya rasa licin, kasar, lekat tidaknya dan
mudah patah atau tidak.
2.
Menentukan ketahan
massa tanah terhadap remasan tekanan atau pijitan tangan dalam keadaan basah,
lembab dan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tekstur Tanah
Tekstur
tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir,
debu dan liat. Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat
sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya
kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur.
Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga
metode yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa
(kulit jari jempol dan telunjuk) dengan memijit tanah basah diantara jari-jari,
metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode
hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada
perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi
bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan
akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air,
ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan
air (perkolasi). Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan
infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan
mengikat air (Kartosapoetra, 1988).
Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat
mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam
pemupukan.
Sasaran pokok cara kerja dalam penetapan tekstur tanah adalah
dengan penentuan agihan ukuran dan jarak penyusun fase padat tanah, yaitu
dengan menguji suatu media utuh tanah diantara muka ibu jari dan telunjuk,
serta memperhatikan rasa tanah dan sifat yang murni (Purwowidodo, 2006).
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah
antara lain:
1. Bahan induk
Jenis bahan induk
akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara
endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah
yang terbentuk secara ektodinamomorf. Dalam pembentukannya terdapat 2 proses
yairtu :
a.
Bahan induk terangkut (Prinsip erosi dan pengendapan)
Aliran air dan
partikel tanah dan fragmen bahan sedimen. Jika air mengalir cepat, maka membawa
partikel besar dan sedimen lebih banyak. Jika aliran menjadi lambat partikel
bear diendapkan terlebih dahulu.
b.
Bahan diendapkan air
Adapun bahan yang
diendapkan air yaitu berupa endapan aluvial, endapan banjir dan teras, dan
delta. Endapan aluvial terbentuk akibat aliran air terhenti sehingga sedimen
terjadi cepat. Endapan ini kebanyakan terjadi di daerah pegunungan. Endapan
banjir dan teras yaitu teras mencerminkan sisa dataran tinggi yang lebih tua,
aliran sungai telah memotong menjadi dataran banjir. Delta yaitu terbentuk jika
sedimen halus yang dibawa oleh sungai diendapkan (Hanafiah 2005).
2.
Waktu
Waktu adalah faktor dalam yang
menentukan interaksi semua faktor di atas ketika mengembangkan tanah. Seiring
dengan waktu, tanah berevolusi fitur tergantung pada faktor-faktor pembentukan
lain dan pembentukan tanah (Anonim1, 2012).
3. Topografi (relief)
Topografi adalah perbedaan tinggi atau
bentuk wilayah suatu daerah termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng.
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Topografi
miring mepergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum
tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama atau sepanjang
tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah (Anonim1, 2012).
4. Organisme
Pengaruh organisme dalam proses
pembentukan tanah tidaklah kecil. Akumulasi bahan organik, siklus unsur hara,
dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan
organisme tanah. Disamping itu, unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari
udara oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman/vegetasi (Harjdowigeno, 1987).
5. Iklim
Suhu (temperatur)
dan curah hujan adalah unsur iklim yang saling mempengaruhi sifat tanah. Perubahan
temperatur dapat menyebabkan retaknya bahan (pelapukan). Temperatur juga
mempengaruhi jumlah bahan organik yang dihasilkan, produksi bahan organik
meningkat dengan meningkatnya temperatur asalkan cukupnya hujan untuk
pertumbuhan tanaman. Meningkatnya temperatur juga meningkatkan kecepatan
dekomposisi bahan organik. Curah hujan mempengaruhi pelapukan dari jumlah serta
dekomposisi bahan organik. Jika curah hujan meningkat, maka kecepatan erosi dan
produksi bahan-bahan organik juga meningkat asalkan temperatur cukup tinggi
untuk pertumbuhan tanaman. Jika curah hujan cukup untuk menggenangi lahan,
dekomposisi bahan organik akan terhambat karena kurangnya oksidasi (Subagyo,
1989).
2.2. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan derajat
kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah. Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolahan tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah,
lembab, dan kering, maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan
dengan keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan
memirit-miritkan atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara
kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka atterberg (Nurhidayati,
2006).
Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah
tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu :
basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu pentingnya
mengetahui konsistensi. Tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara atau
konsistensi tanah untuk mengetahui tanah tersebut layak apa tidak untuk
dikelola sebagai lahan pertanian (Harjdowigeno, 2009).
Konsistensi yang besar yaitu pada
keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi konsistensi
sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi
rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sangat basah atau jenuh air
(Yuswar, 2006).
Terdapat beberapa batas konsistensi
diantaranya batas cair (BC) yang merupakan kandungan lengas tanah pada soot
tanah dapat mengalir tanpa tekanan dibawah standar getaran. Batas lekat (BL)
adalah kandungan lengas pada saat tanah masih kering yang dibasahi secara
perlahan dan mulai melekat pada logam. Batas gulung (BG) adalah kandungan
lengas pada mat keliatan mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan
yang dikehendaki dan batas berubah warna (BBW) adalah kandungan lengas tanah
pada saat pasta mulai kering karena masih ada air kapiler (Susanto, 2005).
Tanah yang tidak melekat pada tanah
menunjukkan dalam kondisi basah, tanah hanya mengandung oksigen dan udara lain
padahal udara juga merupakan factor penting pertumbuhan tanaman (Bouma, 2006).
Konsistensi adalah salah satu sifat
fisika tanah yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tank menarik antar
partikel) dan adhesi (tank menarik antara partikel dengan air) dengan berbagai
kelembaban tanah (Elfarisna, 2011).
.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 30 April 2015 pukul 14.00 WIB, di
Laboratorium Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga Probolinggo.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk
praktikum adalah Contoh tanah biasa, Lempeng Kaca, Botol penyemprot.
3.2. Cara Kerja
A. Penetapan
Tekstur Tanah
1.
Siapkan contoh tanah dalam keadaan
kering udara yang sudah dihaluskan lebih dari 100 gram dan air dalam botol
penyemprot.
2.
Ambil contoh tanah kira-kira satu
sendok makan, letakkan di telapak tangan.
3.
Teteskan air sedikit demi sedikit
sambil diaduk-aduk da digosok dengan telunjuk tangan yang lain.
4.
Rasakan apakah licin, halus atau kasar
(rasa licin dan halus adalah partikel lait dan debu, sedangkan rasa kasar
adalah partikel pasir)
5.
Taksirlah berapa banyak pasir yang ada
dengan merasakan tingkat kekasarannya.
6.
Tambahakan air jangan sampai terlalu
basah, kemudian pijit-pijitlah sedikit tanah diantara ibu jari dan telunjuk. (rasakan kelekatannya, apakah
ibu jari dan telunjuk lekat atau mudah lepas)
7.
Tambahkan air sedikit lagi sampai tanah
itu bisa digulung, buatlah gulungan dengan diameter sekitar cm dan panjangnya sekitar 5 cm. (apakah tanah
bisa digulung atau tidak dan bila dibengkokkan patah atau tidak).
B.
Penetapan Konsistensi Tanah
1.
Dalam Keadaan Basah, konsistensi tanah
dibagi 2 :
a.
Kelekatan (stickness) yang menunjukkan derajat adhesi tanah yang ditentukan
dengan memijit tanah anatara ibu jari dengan telunjuk. Melihat daya lekatnya,
dibagi menjadi :
1.
Tidak melekat, apabila tidak ada tanah
yang tertinggal pada ibu jari dan telunjuk.
2.
Agak melekat, apabila kedua jari
dilepaskan, sebagian tanah tertinggal pada salah satu jari.
3.
Lekat, apabila kedua jari
direnggangkan, tanah tertinggal pada kedua jari.
4.
Sangat lekat, apabila kedua jari
direnggangkan, tanah tanah melekat sekali sehingga sulit dilepaskan.
b.
Plastisitas (Plasticity) : Menunjukkan derajat kohesi tanah, berubah bentuk
tanpa retak bila dipirit antar ibu jari dan telunjuk. Ditentukan dengan
memirit, menggelintir atau menekan massa tanah untuk merubah bentuknya. Melihat
dapat tidaknya dibuat gelintiran dan mudah tidaknya berubah bentuk. Dapat
dibagi :
1.
Tidak plastis, tidak dapat dibentuk
gelintiran tanah. Massa tanah mudah berubah bentuk.
2.
Agak plastis, terbentuk gelintiran
tanah. Massa tanah mudah berubah bentuk.
3.
Sangat plastis, dapat terbentuk
gelintiran tanah. Massa tanah tahan terhadap tekanan.
2.
Dalam Keadaan Lembab (KA tanah berada
diantara keadaan kering (titik layu), penetapan konsistensi tanah dapat
dilakukan dengan meremas massa tanah pada telapak tangan. Dengan mengetahui
ketahanan massa tanah terhadap remasan, dibagi menjadi :
1.
Lepas : butir-butir tanah terlepas satu
dengan lainnya. Tidak terikat dan melekat bila ditekan.
2.
Sangat gembur : dengan sedikit tekanan,
mudah bercerai, digenggam mudah menggumpal, melekat bila ditekan.
3.
Gembur : bila diremas dapat bercerai,
bila digenggam massa tanah menggumpal, melekat bila ditekan.
4.
Teguh : massa tanah tahan terhadap
remasan, hancur dengan tekanan besar.
5.
Sangat teguh : massa tanah tahan
terhadap remasan, tidak mudah berubah bentuk.
3.
Dalam Keadaan Kering (KA kurang dari titik
layu permanen). Konsistensi tanah ditentukan dengan cara meremas/menekan massa
tanah pada telapak tangan. Dengan melihat daya tahan tanah terhadap dan tekanan
telapak tangan konsistensi tanah dapat dibagi menjadi :
1.
Lepas : butir-butir tanah terlepas satu
dengan yang lainnya. Tidak terikat
2.
Lunak : dengan sedikit tekanan antara jari tangan, tanah mudah tercerai
menjadi butir kecil.
3.
Agak keras : agak tahan terhadap
tekanan, massa tanah rapuh.
4.
Keras : tahan terhadap tekanan, massa
tanah dapat dipatahkan dengan tangan (tidak dengan jari)
5.
Sangat keras : tahan terhadap tekanan,
massa sukar dipatahkan dengan tangan.
6.
Sangat keras sekali : sangat tahan
terhadap tekanan. Massa tanah tidak dapat dipecahkan dengan tangan.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Adapun hasil praktikum ini adalah
sebagai berikut :
Tabel tekstur tanah
No
|
Lokasi
|
Tekstur
|
|||
Kekasaran
|
Kelekatan
|
Gulungan
|
Kepatahan
|
||
1
|
Kedung Galeng
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Sulit
|
Patah
|
2
|
Kareng Lor
|
Halus
|
Lekat
2 jari
|
Mudah
|
Tidak
|
3
|
Sumber Poh
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Tidak
|
Patah
|
4
|
Bulu Jaran Kidul
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Sulit
|
Patah
|
5
|
Taman Sari
|
Halus
|
Lekat 1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
6
|
Liprak Kidul
|
Halus
|
Mudah
lepas
|
Mudah
|
Patah
|
7
|
Liprak Kidul
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
8
|
Maron Kulon
|
Halus
|
Lekat
2 jari
|
Mudah
|
Patah
|
9
|
Dringu
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Sulit
|
Patah
|
10
|
Wonomerto
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
11
|
Sumber Bulu
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
12
|
Sumber Agung
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Sulit
|
Patah
|
13
|
Sumber Wetan
|
Kasar
|
Lekat
2 jari
|
Mudah
|
Patah
|
14
|
Pesisir
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
15
|
Tanjung Rejo
|
Halus
|
Lekat
2 jari
|
Mudah
|
Tidak
|
16
|
Sumber Poh
|
Halus
|
Lekat 1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
17
|
Kalirejo
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Sulit
|
Patah
|
18
|
Glagah
|
Halus
|
Lekat 1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
19
|
Mranggon
|
Halus
|
Lekat 1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
20
|
Bentar
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Sulit
|
Patah
|
No
|
Lokasi
|
Tekstur
|
|||
Kekasaran
|
Kelekatan
|
Gulungan
|
Kepatahan
|
||
21
|
Bentar
|
Kasar
|
Lekat
2 jari
|
Mudah
|
Patah
|
22
|
Bentar
|
Kasar
|
Lekat
1 jari
|
Mudah
|
Patah
|
23
|
Bentar
|
Kasar
|
Lekat
2 jari
|
Mudah
|
Patah
|
24
|
Bentar
|
Kasar
|
Lekat
2 jari
|
Mudah
|
Patah
|
Tabel Konsistensi Tanah
No
|
Contoh Tanah
|
Konsistensi Tanah
|
||
Kering
|
Lembab
|
Basah
|
||
1
|
Kedung Galeng
|
Sangat keras
|
agak teguh
|
Melekat
dan
Agak plastis
|
2
|
Tanjung Rejo
|
Agak keras
|
Sangat gembur
|
Sangat melekat
dan
Sangat plastis
|
3
|
Sumber Wetan
|
Sangat keras
|
Teguh
|
Melekat
dan
Agak plastis
|
4
|
Klenang Kidul
Maron
|
Keras
|
Teguh
|
Sangat lekat
dan
Sagat plastis
|
5
|
Glagah
|
Sangat keras
|
Teguh
|
Agak lekat
|
6
|
Liprak Kidul
|
Agak keras
|
Sangat Gembur
|
Sangat lekat
dan
Sangat plastis
|
7
|
Taman sari
|
Agak keras
|
Gembur
|
Agak melekat
Dan
Agak plastis
|
8
|
Mranggon
|
Agak keras
|
Gembur
|
Melekat
Dan
Agak plastis
|
9
|
Bulu Jaran
|
Agak keras
|
Gembur
|
Melekat
dan
Tidak plastis
|
No
|
Contoh Tanah
|
Konsistensi
Tanah
|
||
Kering
|
Lembab
|
Basah
|
||
10
|
Bentar
|
Keras
|
Teguh
|
Agak melekat
dan
Agak plastis
|
11
|
Bentar
|
Keras
|
Teguh
|
Agak melekat
dan
Agak plastis
|
12
|
Bentar
|
Keras
|
Teguh
|
Agak melekat
dan
Agak plastis
|
13
|
Bentar
|
Keras
|
Teguh
|
Agak melekat
dan
Agak plastis
|
14
|
Bentar
|
Keras
|
Teguh
|
Agak melekat
dan
Agak plastis
|
15
|
Liprak Kidul
|
Lepas
|
Gembur
|
Agak lekat
dan
Sangat plastis
|
16
|
Dringu
|
Keras
|
Gembur
|
Agak lekat
dan
Plastis
|
17
|
Maron Kulon
|
Agak keras
|
Lepas
|
Lekat
dan
Tidak plastis
|
18
|
Wonomerto
|
Sangat keras
|
Teguh
|
Agak lekat
dan
Sangat plastis
|
19
|
Sumber Bulu
|
Sangat keras
|
Teguh
|
Agak lekat
dan
Sangat plastis
|
20
|
Sumber Poh
|
Keras
|
Agak teguh
|
Lekat
dan
Sangat plastis
|
21
|
Kali Jejo
|
Sangat keras
|
Teguh
|
Sangat lekat
Dan
Sangat plastis
|
4.2. Pembahasan
Pada prakitkum ini penetapan tekstur tanah dilakukan metode
pijit dilakukan berdasarkan kepekaan
indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk).
Metode
ini dimulai dengan masa tanah kering atau lembab dibasahi secukupnya kemudian
dipijat diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk bola lembab. Hal yang
dirasakan adalah kasar atau licin. Kemudian ditentukan tekstur berdasarkan
tabel. dengan memijit tanah yang
dibasahi secukupnya diantara jari-jari dan merasakan tanah yang diamati itu
licin, halus atau kasar. Rasa licin dan halus adalah parikel liat dan debu,
rasa kasar adalah partikel pasir. Memijit sedikit tanah yang diamati antara ibu
jari dan telunjuk, dan merasakan kelekatan tanah tersebut lekat atau mudah
lepas. Rasa lekat menunjukkan adanya partikel liat, semakin lekat berarti
semakin banyak partikel liatnya. Mengunggulung tanah yang sudah dibasahi
sedikit air, apakah tanah itu bisa digulung atau tidak dan patah atau tidaknya
tanah jika di bengkokkan. Tanah yang tidak bisa digulung menandakan jumlah
partikel pasir yang banyak, tanah yang yang bisa digulung menunjukkan partikel
liat yang banyak, tanah mudah patah menandakan pengaruh sifat pasir masih cukup
besar, tanah yang tidak mudah patah menunjukkan bahwa sifat liat mendominasi
dan sifat pasir sangat kecil.
Penetapan konsistensi tanah dapat
dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Konsistensi lembab
merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Konsistensi
tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif
dilakukan dengan cara memijat dan memirit-miritkan atau membuat bulatan atau
gulungan.
Berdasarkan metode yang dipraktikan, baik kualitatif dan
kuantitatif, data-data yang bersifat valid atau baik adalah berasal dari metode
kuantitatif, karena data tersebut (penentuan tekstur) diperoleh dari proses
empiris yaitu perhitungan, analisis dalam laboratorium. Sedangkan pada metode
kualitatif hanya menggunakan teknik perasaan, sehingga cenderung sama sekali
tidak tepat dalam penentuan tekstur tanah itu sendiri ditambahkan lagi kita
harus mengetahui karakteristik berupa rata dan sifat tanah itu sendiri sehingga
tidak efektif jika analisis data dari teknik kualitatif.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menunjukkan
komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi
tanah fraksi pasir, debu dan liat.
penetapan
tekstur tanah dilakukan metode pijit dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa
(kulit jari jempol dan telunjuk). Metode ini dimulai dengan masa tanah kering atau lembab dibasahi
secukupnya kemudian dipijat diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk
bola lembab. Hal yang dirasakan adalah kasar atau licin. Kemudian ditentukan
tekstur berdasarkan tabel. dengan
memijit tanah yang dibasahi secukupnya diantara jari-jari dan merasakan tanah
yang diamati itu licin, halus atau kasar.
Penetapan konsistensi tanah dapat
dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah, lembab dan kering. Konsistensi lembab
merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Konsistensi
tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif
dilakukan dengan cara memijat dan memirit-miritkan atau membuat bulatan atau
gulungan.
5.2.
Saran
Pada saat praktikum, apabila tanah
mengalami kerekatan maka perlu ditambahkan air, sedangkan apabila tanah
tersebut lunak maka perlu ditambahkan tanah yang digunakan pada praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Praharyanto. 2012. Tekstur Tanah. www.praharyanto-zone.blogspot.com/2012/Tekstur_Tanah/ diakses pada tanggal 4 Juni 2015
pukul 19.22 WIB
Purwowidodo. 2006. Ganesa Tanah.
Institute Petanian Bogor Press. Bogor.
Hanafiah,
Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo
Persada:Jakarta.
Anonim1.2011.http://widerfuture.wordpress.com/2011/01/14/tekstur-tanah/
diakses pada tanggal 4 Juni 2015 pukul 20.35
WIB
Hardjowigeno. 1995.
Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo. Jakarta.
Kartasapoetra. 1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran. Bandung.
Hardjowigeno,
Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana
Perkasa:Jakarta.
Subagyo. 1989.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga.
Jakarta
Nurhidayati,
2006. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian Unisma . Malang.
Sutanto, Rahman. 2005 . Dasar -Dasar Ilmu Tanah. Konisius
Yogyakarta
Yunus .Yuswar. 2006. Tanah dan Pengolahan. CV Alfabeta .
Bandung.
Bouma .j .2006 .Effect of Soil Struktur Tillage , and aggregation upon soil hydroulick
properties . soil science journal 56:1-5.
Elfanisna
.2011 .Literatur-Kadar- Air- Tanah. Http
//Wahyuaskari.wardpress .com diakses
pada tanggal 4 Juni
2015 pukul 19.22 WIB.
Pedoman Praktikum. 2008. Pedoman
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertaian UPM :
Probolinggo.